Menghindari Plagiarisme:
Parafrase, Ringkasan, & Kesimpulan
Cara lain untuk menghindari menjadi seorang plagiat
adalah dengan melakukan kutipan tidak langsung. Mengutip secara tidak langsung
dapat dimanifestasikan dalam tiga bentuk yakni membuat parafrase, meringkas
atau menyusun kesimpulan. Ketiga hal ini adalah cara pengutipan yang
membutuhkan keahlian yang berbeda. Bab ini berhubungan dengan cara pengutipan
tidak langsung tersebut serta cara penulisan sumber kutipan didasarkan pada
gaya APA.
10.1. Parafrase
Parafrase merupakan salah satu cara meminjam gagasan/ide
dari sebuah sumber tanpa menjadi plagiat. Menurut Kamus Oxford Advanced
Leaner’s Dictionary, parafrase merupakan “cara mengekspresikan apa yang telah
ditulis dan dikatakan oleh orang lain dengan menggunakan kata-kata yang berbeda
agar membuatnya lebih mudah untuk dimengerti.” Dengan kata lain pengutipan yang
dilakukan dalam parafrase merupakan kutipan yang menggunakan kata-kata sendiri
untuk mengungkapkan ide yang sama. Selain membuat gagasan tersebut lebih mudah
untuk dimengerti, parafrase dapat juga digunakan untuk menjaga koherensi dan
keutuhan alur tulisan.
Menurut
OWL purdue, parafrase didefinisikan sebagai berikut: 1) kemampuan seseorang
untuk menulis ulang ide atau gagasan orang lain dengan kata-katanya sendiri dan
ditampilkan dalam bentuk yang baru, 2) merupakan cara yang legal dan syah dalam
meminjam gagasan orang lain, 3) sebuah pernyataan ulang (restatement) yang lebih lengkap dan detail dibandingkan dengan
sebuah ringkasan. Parafrase merupakan sebuah keahlian yang
sangat berharga karena:
- parafrase lebih baik dibandingkan dengan mengutip informasi dari sebuah paragraf atau tulisan yang kurang menonjol.
- Parafrase membantu penulis untuk mengontrol cobaan melakukan kutipan yang terlalu sering.
- Proses mental yang dibutuhkan bagi keberhasilan sebuah prafrase membantu penulis untuk memahami sepenuhnya makna teks sumber yang akan ia sadur.
Setiap penulis memiliki dan
mengembangkan tekniknya sendiri untuk mengembangkan keahlliannya dalam
melakukan parafrase. Teknik tersebut bersifat unik. Bagi penulis pemula, ia
perlu belajar mengembangkan keahlian membuat parafrase. Jika kalian belum
terbiasa melakukan parafrase, berikut ini adalah 6 langkah efektif dalam
melakukan parafrase seperti yang diberikan oleh panduan OWL Purdue:
- bacalah kembali teks sumber sampai kalian memahami benar isi teks tersebut
- singkirkan teks/naskah asli tersebut dan tulislah ulang gagasan dalam teks tadi dalam sebuah kertas.
- Buatlah daftar beberapa kata dibawah parafrase kalian tadi untuk mengingatkan kalian kembali pada cara kalian memahami naskah asli tersebut. Di atas kartu catatan tadi, tuliskan kata kunci yang menunjukkan subjek atau tema parafrase kalian.
- Bandingkan tulisan parafrase kalian tadi dengan naskah aslinya untuk mengecek apakah semua gagasan, terutama gagasan yang penting telah tercantum dalam hasil parafrase tersebut.
- Gunakan tanda petik ganda untuk mengidentifikasi istilah-istilah khusus, terminologi, atau frase yang kalian pinjam dari naskah asli, dan yang kalian ambil sama pesis dengan naskah asli.
- Tuliskan sumber (termasuk halaman) pada kertas catatan kalian sehingga ini mempermudah kalian untuk menuliskan sumber pustaka atau referensi, bila kalian bermaksud mengambil parafrase tersebut
Jika kalian masih memiliki
kesulitan dalam melakukan parafrase, maka mulailah berlatih dari tingkatan yang
termudah terlebih dahulu, yakni membuat parafrase pada taraf kalimat. Jika
kalian telah cukup mahir dalam melakukan parafrase kalimat, maka buatlah parafrase
untuk sebuah paragraf. Berikut ini adalah
contoh parafrase untuk tingkat kalimat terlebih dahulu:
Contoh
1:
kalimat
asli : Sebuah kejutan di
bidang realita maya (virtual reality) terjadi pada tahun 1961 dengan kemunculan
Sensoramanya Heilig.
Parafrase : Hasil karya Heillig yang
dikenal dengan nama Sensorama membawa
perubahan yang signifikan dalam sejarah realita maya (krisnawati, 2000, hlm
55).
Contoh
2:
kalimat
asli : Komputer mampu
membawa orang ke tempat-tempat yang belum pernah bisa mereka kunjungi
sebelumnya, termasuk ke permukaan planet lain.
Parafrase :
Melalui komputer, orang dapat pergi ke tempat yang belum pernah mereka kenal.
(Krisnawati, 2000, hlm 57).
Sebagai
pemula, parafrase diatas masih diijinkan. Namun jika kalian telah belajar dan
memiliki keahlian melakukan parafrase, baik Booth maupun panduan dari OWL
universitas Purdue menjelaskan bahwa parafrase yang sangat mirip dengan naskah
aslinya masih dianggap sebagai melakukan plagiasi, sekalipun sumber aslinya
dicantumkan disana. Ini merupakan hal yang sangat pelik dan memerlukan banyak
latihan. Sebagai contoh simaklah contoh 3 & 4 yang merupakan terjemahan
dari contoh yang diberikan oleh Booth dan naskah panduan penulisan OWL Purdue.
Contoh
4:
Naskah Asli:
Sangatlah
pelik untuk mendefinisikan plagiasi saat kalian melakukan ringkasan atau
parafrase. Keduanya memang berbeda, tetapi batas-batas parafrase dan ringkasan
sangatlah tipis sehingga kalian tidak menyadari jika kalian berpindah dari
melakukan parafrase menjadi meringkas, kemudian berpindah ke malakukan
plagiasi. Apapun tujuanmu, parafrase yang sangat mirip dengan naskah asli
dianggap sebagai melakukan plagiasi, meskipun kalian telah menuliskan sumbernya
(Booth et al., 2005, hlm 203).
Paragraf
dibawah ini dianggap hasil plagiasi karena parafrase yang sangat mirip dengan
naskah aslinya:
Sangatlah
sulit untuk mendefinisikan plagiasi saat ringkasan dan parafrase terlibat
didalamnya, karena meskipun mereka berbeda, batas-batas keduanya sangatlah
samar, dan seorang penulis mungkin tidak mengetahui kapan ia melakukan
ringkasan, parafrase atau plagiasi. Meski demikian, parafrase yang sangat dekat
dengan sumbernya diperhitungkan sebagai hasil plagiasi, meskipun sumber aslinya
dicantumkan disana.
Contoh
berikutnya menunjukkan parafrase yang berada diperbatasan antara plagiasi dan
yang diijinkan:
Sangatlah
sulit untuk membedakan antara ringkasan, parafrase dan plagiasi. Kalian
berisiko melakukan plagiasi jika kalian melakukan parafrase yang sangat mirip,
meskipun kalian tidak bermaksud untuk melakukan plagiasi dan mencantumkan
sumber naskah aslinya.
Kata-kata
dalam paragraf diatas masih dapat dilacak sumbernya oleh seorang pembaca yang
teliti, jika ia pernah membaca sumber tersebut. Berikut ini adlah contoh
parafrase yang aman dan tidak dianggap sebagai plagiasi:
Menuruth
Booth, Colomb, dan Williams, penulis terkadang melakukan plagiasi tanpa mereka
sadari karena mereka menggira melakukan ringkasan, saat mereka melakukan
parafrase yang terlalu mirip dengan naskah asli, suatu aktifitas yang disebut
plagiasi. Bahkan saat aktifitas tersebut dilakukan dengan tidak sengaja dan
sumber pustakanyapun dituliskan (hlm 203).
Contoh
4:
Naskah
Asli:
Mahasiswa
sering berlebihan dalam menggunakan kutipan langsung saat membuat catatan,
sebagai akibatnya mereka menggunakan kutipan yang berlebihan dalam tugas karya
ilmiah (paper). Mungkin hanya sekitar 10% dari manuskrip akhir yang
diperbolehkan muncul dalam bentuk kutipan langsung. Oleh sebab itu, kalian
harus berusaha untuk membatasi jumlah penulisan yanag sama persis dengan materi
sumber saat kallian menulis catatan. Lester, James D. Writing Research
papers. 2nd ed. (1976): 46-47.
Parafrase
yang legal:
Dalam
paper ilmiah, mahasiswa sering mengutip berlebihan, dan gagal untuk mengubah
materi yang dikutip ke level yang diinginkan. Karena masalahnya bersumber dari
penulisan catatan, maka sangatlah penting untuk meminimalkan pencatatan materi
atau kata per kata yang sama persis (Lester 46-47).
Parafrase
versi plagiat:
Mahasiswa
sering menggunakan terlalu banyak kutipan langsung saat mereka menulis catatan.
Sebagai akibatnya, ada banyak kutipan langsung dalam paper tugas akhir mereka.
Seharusnya hanya sekitar 10% paper berisi kutipan langsung. Dengan demikian,
sangatlah penting untuk membatasi jumlah materi yang dikopi saat melakukan
catatan.
10.2. Ringkasan
Berbeda
dengan parafrase, ringkasan merupakan cara mengutip tidak langsung dengan
mengambil intisari dari sebuah tulisan. Dalam ringkasan, penulis mengungkapkan
gagasan yang sama, namun tidak memberikan penjelasan secara detail. Ringkasan
merupakan pernyataan singkat tentang poin-poin yang penting. Dengan kata lain,
ringkasan merupakan parafrase gagasan utama dari sebuah naskah asli. Sebagai
contoh, ringkasan untuk naskah asli dalam contoh 3 & 4 diatas adalah sebabagi
berikut:
Contoh
3:
Batas-batas
antara ringkasan, parafrase dan plagiasi sangatlah tipis, sehingga membuat
seseorang tergelincir melakukan plagiasi, sekalipun ia telah mencantumkan
sumber aslinya.
Contoh
4:
Mahasiswa
sebaiknya hanya melakukan sedikit catatan bagi kutipan langsung dari sumber
asli untuk membantu meminimalkan jumlah materi yang dikutip secara langsung
dalam paper ilmiah (Lester 46-47).
10.3. Menyimpulkan
Membuat
kesimpulan dari sebuah tulisan atau paragraf yang mengandung gagasan merupakan
teknik lain dalam pengutipan tidak langsung sekaligus menjadi teknik lain untuk
menghindari plagiarisme. Seperti arti katanya, menyimpulkan merupakan menarik
suatu gagasan tertentu yang dilakukan pembaca dari informasi yang dinyatakan
dalam teks yang ia baca. Berbeda dengan ringkasan, gagasan yang dinyatakan
dalam kesimpulan tidak dituliskan secara eksplisit dalam teks yang dibaca,
namun pembaca harus menggunakan apa yang ia pahami dari teks tersebut untuk
bisa sampai ke kesimpulan. Sama seperti dalam melakukan parafrase, penarikan
kesimpulan bisa dilakukan dalam skala terkecil, yakni kesimpulan dari sebuah
kalimat.
Dalam logika, yang merupakan
ilmu kesimpulan, untuk dapat menarik kesimpulan dibutuhkan minimal dua premis,
yakni premis mayor dan premis minor. Agar kesimpulannya memiliki arti, dua
kondisi yang berbeda harus dipenuhi (kamp & Reyle,1993, hlm 13) yakni: 1)
premis yang akan digunakan untuk menarik kesimpulan harus dapat dipercaya
keabsahannya, 2) kesimpulan yang ditarik dari premis tersebut harus memiliki
relasi yang menjamin keabsahan premis yang nantinya ditransfer ke kesimpulan.
Persyaratan berikut inipun harus dipenuhi dalam rangka mengambil kesimpulan:
relasi antara premis dengan kesimpulan yang menjamin transsfer kebenaran
merupakan relasi formal, artinya
relasi tersebut dapat dianalisasebagai relasi antara bentuk-bentuk kalimat.
Contoh klasik tentang penarikan kesimpulan bisa dilihat dibawah ini:
Semua
P adalah Q
Semua
Q adalah R
Maka semua P
adalah Q atau
Semua manusia akan mati
Aristoteles adalah seorang manusia
Maka Aristoteles
akan mati.
Dari
kedua contoh diatas, kita bisa melihat, mengamati dan membaca, bahwa apa yang
dinyatakan dalam kesimpulan tidak dituliskan secara eksplisit dalam kalimat
sumber, namun dari kedua premis tersebut, sebuah kesimpulan bisa ditarik.
Kesimpulan yanag ditarik harus memenuhi
persyaratan yang telah ditetapkan, sehingga kesimpulan berikut ini
tidaklah valid menurut hukum logika berpikir yang ditetapkan oleh Aristoteles
ini: ‘Ada R di dalam P’ atau ‘Aristoteles adalah manusia yang tidak akan mati’.
Pengambilan kesimpulan dalam memahami suatu teks dan informasi juga mengikuti
hukum pengambilan kesimpulan dalam logika. Sehingga kesimpulan yang bisa
ditarik dari naskah asli dalam contoh 3 & 4 diatas adalah sebagai berikut:
Contoh 3:
Kesimpulan: Melakukan
parafrase, ringkasan dan mencantukan sumber asli tidaklah otomatis membebaskan
seseorang dari aktifitas plagiasi, jika parafrase dan ringkasan tersebut sangat
mirip dengan naskah aslinya.
Contoh 4:
Kesimpulan: Proses penulisan catatan menentukan seberapa
banyak kutipan langsung yang akan dilakukan mahasiswa saat menulis paper
ilmiahnya.
Contoh paragraf yang menerapkan parafrase dan kesimpulan:
Sebagian
besar penelitian dan aplikasi Sistem Dialog cenderung menggunakan inisiatif
tunggal (Yang & Heeman, 2007). Penelitian-penelitian yang menggunakan
inisiatif ganda berusaha keras untuk memecahkan persoalan pengelolaan inisiatif
(Chu-Carol & Brown, 1997; Ramakhrisnan, 2002; Yang & Heeman, 2007). Sebagian
dari penelitian ini melakukan eksperimen dengan pembuatan sistem secara nyata,
namun ada juga yang didasarkan pada simulasi. Penelitian terdahulu yang
dilakukan penulis (Krisnawati, 2007) berusaha mengimplementasikan sistem dialog
dengan dialog inisiatif ganda namun masukan dan luaran masih berbentuk teks.
Dengan demikian pengguna dan sistem berkommunikasi dalam sebuah konsul dimana
pengguna mengetikkan masukan dengan bahasa alami melalui papan ketik dan sistem
menampilkan luaran dalam bentuk teks juga.
10.4. Pencantuman Sumber Pustaka
dalam Kutipan Langsung dan Tidak Langsung
Menurut APA, penulis memiliki beberapa pilihan dalam
pencantuman sumber pustaka saat ia melakukan parafrase, ringkasan, kesimpulan
maupun kutipan langsung. Pilihan-pilihan tersebut adalah:
1.
meletakkan nama penulis dan tahun dalam sebuah kurung -- membuat catatan
perut di tempat yang dianggap tepat, yakni di dalam atau di akhir sebuah
kalimat.
Contoh: Para peneliti mengungkapkan bahwa kurangnya
tenaga terlatih menjadi faktor penghalang dalam penyediaan pendidikan (Fischer,
1999), dan pelayanan kesehatan yang layak (Weist & Christodulu, 2000).
2. Mencantumkan
tahun saja dalam catatan perut tersebut:
Contoh:
Friedl (1999) menyatakan ”Ekspresi teratur (Regular
Expression) disusun berdasarkan dua jenis karakter, yakni kaarakter spesial
yang disebut sebagai metakarakater, dan karakter literal, yaitu karakter teks
normal” (hlm 5).
3.
mengintegrasikan nama penulis dan tahun di dalam kalimat:
Contoh: Di
tahun 2001, Weist mengusulkan untuk menggunakan Skema Perencanaan Anak dan
Orang Dewasa untuk menganalisa perkembangan program kesehatan mental
masyarakaat bagi generasi muda.
4. Jika tidak ada
indikasi penyebutan nama penulis
dalam kalimat-kalimat sebelumnya, maka tuliskan nama pengarang, tahun dan
halaman dalam catatan perut, khususnya untuk pengutipan langsung:
Contoh: "Mahasiswa
sering memiliki kesulitan dalam menerapkan gaya penulisan APA," (Jones,
1998, hlm. 199).
5. Dalam membuat
catatan perut untuk parafrase, ringkasan dan kesimpulan, kalian diijinkan hanya
menuliskan nama pengarang dan tahun saja. Pencantuman nomor halaman dalam
catatan perut bukan suatu keharusan, namun suatu pilihan. Namun demikian format
APA menyarankan juga untuk mencantumkan nomor halaman seperti dalam ketentuan
no 4:
contoh: Gaya
APA menjadi format kutipan yang sulit bagi penulis pemula yang baru
mempelajarinya (Jones, 1998, hlm. 199).
10.5. Penulisan Daftar Rujukan (referensi) dan Daftar Pustaka
Untuk
menuliskan daftar pustaka dan referensi berdasarkan format APA, ikuti petunjuk
dibawah ini:
1. Untuk jenis referensi buku, dengan penulis
tunggal:
Baxter,
C. (1997). Race equality in health care
and education. Philadelphia:
Balliere Tindall.
2. Buku: Editor sebagai ganti nama pengarang:
Stock,
G., & Campbellm J. (Eds). (2000). Engineering
in human germline: An exploration of the science and ethics of altering the
genes we pass to our children. New
York: Oxford
University Press.
3. Manuskrip buku: telah dikirim tetapi belum
diterbitkan; 3-6 pengarang:
Walrath,
C., Bruns, E., Anderson, K., Siegel, M & Weist, M.D. (2000). The Nature of expanded school
mental health services in Baltimore City.
Manuscript submitted for publication.
4.
Review buku: 2 pengarang:
Grabill,
C.M., & Kaslow, N.J. (1999). An ounce of prevention:
Improving children's mental health for the 21st century [Review of
the book Handbook of prevention and treatment with children and adolescents]. Journal of Clinical Child Psychology,28,
115-118.
5.
Brosur atau pamphlet, tanpa pengarang dan tanggal:
Inside these doors: A guidebook of elfreth's Alley homes
[Brochure]. (n.d). Philadelphia:
Elfreth's Alley Association.
6. Bab dalam karya yang diedit:
Roy,
A. (2005). Psychiatrc emergencies. In H.I. Kaplan & B.J. Sadock (Eds.), Comprehensive textbook of psychiatry (6th
ed., pp1739-1752). Baltimore:
Williams & Wilkin.
7. Disertasi, tesis, skripsi:
Fisher,
C.J. (1999). The status of health education in California's public school districs: A
Comparison to state and national recommendations and status reports (Doctoral
dissertation, University of Southern California, 1999). Dissertation Abstracts International, 61, 1926.
8.
Abstrak disertasi yang diperoleh dari sumber online:
Embar-Seddon,A.R.
(2000). Perception of violence in the emergency department[Abstract]. Dissertation
Abstracts International, 61, (02), 776A. (UMI no. 99678). Diakses 23
Agustus, 2006 dari http://wwwlib.umi.com/dissertations/fulcit996789
9. Artikel
dari sebuah jurnal, peulis tunggal:
Roy,
A. (2002). Suicide in chronic schizophrenia. British Journal of Psychiatry, 141, 171-177.
10.
Artikel jurnal, 3-6 penulis:
Baldwin, C.M., Bevan, C., & Beshaske, A. (1997). At
risk minority population in a church-based clinic: communication basic needs. Journal of Multicultural Nursing &
Helath. 6(2). 26-28.
11.
Artikel jurnal dengan lebih dari 6 pengarang:
Yawn,
B., Algatt, P., Yawn, R., Wollan, C., Greco, M., Gleason, M., et al. (2005). An
in-scholl CD-ROM asthma education program. Journal
of School Health, 70, 153-159.
12. Artikel jurnal, versi elektronik:
Weist,
M.D. (2001). Toward a public health promotion and
intervention system for youth. Journal of
School Health, 71(3), 101-104, diakses 23 Agustus, 2002, dari ProQuest
database.
13.
Artikel di majalah:
Greenberg,
G. (2001, Agustus 13). As good as dead: Is there really such a thing as brain
death? New Yorker, 36-41. [gunakan no
volume, jika ada]
14.
Artikel di surat
kabar, tanpa pengarang, dan berupa versi elektronik yang ditemukan berdasarkan
hasil searching:
Mad-cow
may tighten blood-donor curbs. (2001, 1 April).The Gazette. [Montreal], hlm. A13. Diakses 25 Agustus 2001,
dari Lexis-Nexis database.
15.
Artikel online yang dimuat di sebuah website khusus:
Albanese,
J. (2001). How can we reach teenage
smokers? Diakses 13 September
2001, dari http://msweb.nursingspectrum.com/cc/ce/ce229.htm
16 Web site
[menurut APA, alamat keseluruhan website boleh
dikutip di dalam teks, tetapi tidak boleh dimasukkan ke daftar referensi atau
daftar pustaka. Cara perujukan dilalkukan dengan catatan perut, atau catatan
kaki, Namun catatan perut lebih disukai. ]
Latihan:
Bacalah
paragraf berikut ini kemudian kerjakanlah latihan sesuai perintah yang
diberikan.
Naskah
Asli:
British scientists have a world
lead in Virtual reality, despite the fortunes being poured into research by
Japanese and American companies, which see it as a technology for the next
century. In Britain,
Robert Stone, of the National
Advanced Robotics
Research Center
at Manchester University, is developing systems that
could put men on Mars without shooting them into space and could plunge divers
under the North Sea without taking them out of
the office.
Sumber:
Krisnawati, L.D. (2000). English for Informatics. Yogyakarta:
Duta wacana University
Press.
Dari paragraf diatas buatlah:
- parafrase
- ringkasan
- kesimpulan
download file disini :
https://www.evernote.com/shard/s236/sh/f7b4fe27-e238-48e4-a85b-2a6da5ae8c2a/432ded11f6d47109fc438e81f8ec5266
Tidak ada komentar :
Posting Komentar