disini, kelompok pertama presentasi dengan materi syi'ah :
Syi’ah
Tugas ini di
susun untuk memenuhi tugas
Mata
Kuliah Teologi Islam
Dosen Pembimbing:
Drs. Sarkowi, M.Pd
Disusun oleh:
~ Ihya Isnaini
Muharromah (12650051)
~ BadarudinSyah
(12650064)
~ Muhammad Ali Imron (12650091)
~Finda Nur Arifah (12650120)
JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UIN MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
September, 2013
Segala puji
bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat serta hidayah-Nya terutama nikmat
kesempatan dan kesehatan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah mata kuliah Teologi Islam. Kemudian
shalawat beserta salam kita sampaikan kepada Nabi besar kita Muhammad SAW yang
telah memberikan pedoman hidup yakni Al Qur’an dan Sunnah untuk keselamatan
umat di dunia.
Selanjutnya
kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Drs. Sarkowi, M.Pd selaku
dosen pembimbing mata kuliah Teologi Islam dan kepada segenap pihak yang telah
memberikan bimbingan serta arahan selama penulisan makalah ini.
Akhirnya
kami menyadari bahwa banyak terdapat kekurangan-kekurangan dalam penulisan
makalah ini, maka dari itu kami mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif
dari para pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Malang, September 2013
Kelompok 1
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR ............................................................................... 1
DAFTAR ISI............................................................................................ 2
BAB I PENDAHULUAN
1.1.
LatarBelakang......................................................................................... 3
1.2.
RumusanMasalah.................................................................................... 3
1.3.
Tujuan.................................................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN
2.1.
Pengertian
Syi’ah................................................................................... 4
2.2. Sejarah munculnya kaum Syi’ah.............................................................. 5
2.3. Pokok ajaran kaum Syi’ah...................................................................... 7
2.4. Sekte-sekte kaum Syi’ah
1. Syi’ah Istina’ Asyariah (Syi’ah Dua
Belas/ Syi’ah Imamiyah)....................... 8
a. Asal usul Penyebutan
Imamiyah dan Syi’ah Itsna’ Asyariah......................... 8
b. Doktrin - doktrin
Syi’ah Itsna’ Asyariah.................................................... 9
2. Syi’ah Sab’iyah (Syi’ah Tujuh)............................................................... 9
a. Asal usul
Penyebutan Syi’ah Sab’iyah....................................................... 9
b. Doktrin
imamah dalam pandangan Syi’ah Sab’iyah.................................... 10
3. Syi’ah Zaidiyah ................................................................................... 11
a. Asal usul
Penyebutan Syi’ah Zaidiyah...................................................... 11
b. Doktrin
imamah menurut Syi’ah Zaidiya.................................................. 11
c. Doktrin
Syi’ah Zaidiya Lainnya .............................................................. 11
4. Syi’ah Ghulat ..................................................................................... 12
a. Asal usul
Penyebutan Syi’ah Ghulat......................................................... 12
b. Doktrin -
doktrin Syi’ah Ghulat .............................................................. 12
BAB III PENUTUP
3.1.
Kesimpulan.......................................................................................... 13
3.2. Saran................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 14
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Dalam beragama, seseorang ataupun suatu kelompok sering
dihadapkan pada pilihan yang amat perlu dikaji secara matang.Masalah tersebut
dapat muncul dari berbagai bidang, di antaranya keyakinan aliran, persaingan
politik, dan lain sebagainya.
Menurut Ibnu Khaldun, sebagaimana dikutip A.Hanafi, Ilmu Kalam ialah
ilmu yang berisi alasan-alasan yang mempertahankan kepercayaan-kepercayaan iman
dengan menggunakan dalil-dalil pikiran dan berisi bantahan terhadap orang-orang
yang menyeleweng dari kepercayaan-kepercayaan aliran golongan salaf dan Ahli
Sunnah (Abuddin Nata, 2009, hal. 268)
Aliran Syi’ah adalah salah satu kelompok dalam sejarah
pemikiran Islam merupakan sebuah aliran yang muncul dikarenakan gejolak politik
dan seterusnya berkembang menjadi aliran teologi dalam Islam.Syi’ah dikenal
sebagai sebuah aliran teologi dalam Islam, yaitu ketika mereka mencoba
mengkaitkan iman dan kafir dengan Imam, atau dengan kata lain ketaatan pada seorang
Imam merupakan tolak ukur beriman tidaknya seseorang, di samping paham mereka
bahwa Imam merupakan wakil Tuhan serta mempunyai sifat ketuhanan.
Makalah
ini dibuat bertujuan untuk menjelaskan bagaimana latar belakang munculnya
aliran Syiah yang diperjuangkan oleh tokoh-tokohnya dengan Pokok ajaran dan
dasar serta pengaruh pemikirannya, sikap teologis rasionalnya yang didasari
oleh Al- Ushul al- Khamsah Syiah.
1.2
Rumusan Masalah
1. Bagaimana Asal usul serta
faktor faktor
munculnya aliran Syi’ah ?
2. Bagaimana pokok ajaran dan dasar aliran
Syi’ah ?
3. Sekte apa saja
yang ada dalam aliran Syi’ah?
1.3
Tujuan
1. Untuk mengetahui bagaimana Asal usul serta
faktor
munculnnya aliran Syi’ah.
2. Untuk mengetahui bagaimana ajaran
dan dasar aliran Syi’ah.
3. Untuk
mengetahui sekte sekte apa saja yang ada dalam aliran Syi’ah
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Syi'ah
Syi’ah ( شيعة) ialah salah satu aliran atau mazhab dalam
Islam. Syi'ah menolak kepemimpinan dari tiga Khalifah Sunni pertama seperti
juga Sunni menolak Imam dari Imam Syi'ah. Bentuk tunggal dari Syi'ah adalah
Syi'i (شيعي.) menunjuk kepada pengikut dari Ahlul Bait dan Imam Ali.Sekitar 90%
umat Muslim sedunia merupakan kaum Sunni, dan 10% menganut aliran Syi'ah.
"Syi'ah" adalah bentuk pendek dari
kalimat bersejarah Syi`ah `Ali شيعة علي artinya "pengikut Ali", yang
berkenaan tentang Q.S. Al-Bayyinah ayat khoirulbariyyah, saat turunnya ayat itu
Nabi SAW bersabda: "Wahai Ali, kamu dan pengikutmu adalah orang-orang yang
beruntung"
Syi'ah menurut etimologi bahasa Arab bermakna:
pembela dan pengikut seseorang. Selain itu juga bermakna: Setiap kaum yang
berkumpul di atas suatu perkara.Adapun menurut terminologi syariat bermakna:
Mereka yang menyatakan bahwa Ali bin Abi Thalib sangat utama di antara para
sahabat dan lebih berhak untuk memegang tampuk kepemimpinan kaum muslimin,
demikian pula anak cucunya sepeninggal beliau.Syi'ah, dalam sejarahnya
mengalami beberapa pergeseran.Seiring dengan bergulirnya waktu, Syi'ah
mengalami perpecahan sebagaimana Sunni juga mengalami perpecahan mazhab.
Muslim Syi'ah percaya bahwa Keluarga Muhammad
(yaitu para Imam Syi'ah) adalah sumber pengetahuan terbaik tentang Qur'an dan
Islam, guru terbaik tentang Islam setelah Nabi Muhammad SAW, dan pembawa serta
penjaga tepercaya dari tradisi Sunnah.
Secara khusus, Muslim Syi'ah berpendapat bahwa
Ali bin Abi Thalib, yaitu sepupu dan menantu Nabi Muhammad SAW dan kepala
keluarga Ahlul Bait, adalah penerus kekhalifahan setelah Nabi Muhammad SAW,
yang berbeda dengan khalifah lainnya yang diakui oleh Muslim Sunni. Muslim
Syi'ah percaya bahwa Ali dipilih melalui perintah langsung oleh Nabi Muhammad
SAW, dan perintah Nabi berarti wahyu dari Allah.
Perbedaan antara pengikut Ahlul Bait dan Abu
Bakar menjadikan perbedaan pandangan yang tajam antara Syi'ah dan Sunni dalam
penafsiran Al-Qur'an, Hadits, mengenai Sahabat, dan hal-hal lainnya.Sebagai contoh
perawi Hadits dari Muslim Syi'ah berpusat pada perawi dari Ahlul Bait,
sementara yang lainnya seperti Abu Hurairah tidak dipergunakan.
Tanpa memperhatikan perbedaan tentang khalifah,
Syi'ah mengakui otoritas Imam Syi'ah (juga dikenal dengan Khalifah Ilahi)
sebagai pemegang otoritas agama, walaupun sekte-sekte dalam Syi'ah berbeda
dalam siapa pengganti para Imam dan Imam saat ini.
2.2. Sejarah munculnya Syi'ah
Mengenai kemunculan syi’ah dalam sejarah
terdapat perbedaan dikalangan ahli. Menurut Abu Zahrah, syi’ah mulai muncul
pasda masa akhir pemerintahan Usman bin Affaan kemudian tumbuh dan berkembang
pada masa pewmerintahan Ali bin Abi Thalib, adapun menurut Watt, syi’ah baru
benar-benar. Muncul ketika berlangsung peperangan antara Ali dan Mu’awiyah yang
dikenal dengan perang Shiffin.Dalam peperangan ini, sebagai respon atas
penerimaan Ali terhadap arbritase yang ditawarkan Mu’awiyah.Pasukan Ali
diceritakan terpecah menjadi dua.Satu kelompok mendukung sikap Ali (Syi’ah) dan
kelompok mendak sikap Ali (Khawarij).
Kalangan syi’ah sendiri berpendapat bahwa
kemunculan syi’ah berkaitan dengn masalah penganti (Khilafah) Nabi SAW. Mereka
menlak kekhalifahan Abu Bakar, Umar bin Khathtab, dan Usman bin Affan karena
dalam pandangan mereka hanya Ali bin Abi Thalib yang berhak
mengantikan Nabi SAW. Kepemimpinan Ali dalam pandangan syi’ah tersebut sejalan
dengan isyarat-isyarat yang diberikan Nabi SAW, pada masa hidupnya. Pada awal
kenabian ketika Muhammad SAW diperintahkan menya,paikan dakwah ke kerabatnya,
yang pertama menerima adalah Ali bin Abi Thalib. Diceritakan bahwa Nabi pada
saat itu mengatakan bahwa orang yang pertama menemui ajakannya akan menjadi
penerus dan pewarisnya. Selain itu, sepanjang kenabian Muhammad, Ali merupakan
orang yang luar biasa besar.
Bukti utama tentang sahnya Ali sebagai penerus
Nabi adalah peristiwa Ghadir Khumm.Diceritakan bahwa ketika kembali dari haji
terakhir, dalam perjalanan dari Mekkah ke Madinah di suatu padang pasir yang
bernama Ghadir Khumm. Nabi memilih Ali sebagai pengantinya dihadapan massa yang
menyertai beliau. Pada peristiwa itu, Nabi tidak hanya menetapkan Ali sebagai
pemimpin umum umat (walyat-i ‘ammali), tetapi juga menjadikna Ali sebagaimana
Nabi sendiri, sebagai pelindung (wali) mereka. Namun realitasnya berbicara
lain.
Berlawanan dengan harapan mereka, ketika nabi
wafat dan jasadnya belum dikuburkan, ada kelompok lain yang pergi ke masjid
untuk menentukan pemimpin yang baru karena hilangnya pemimpin yang secara
tiba-tiba, sedangkan anggota keluarga nabi dan beberapa sahabat masih
sibuk dengan persiapan upacara pemakaman Nabi. Kelompok inilah yang
kemudian menjadai mayoritas bertindak lebih jauh dan dengan sangat tergesa-gesa
memilih pemimpin yang baru dengan alasan kesejahteraan umat dann memcahkan masalah
mereka saat itu. Mereka melakukan itu tanpa berunding dahulu dengan ahlul bait,
kerabat, atau pun sahabat yang pada saat itu masih mengurusi pemakaman. Mereka
tidak memberi tahu sedikitpun.Dengan demikian, kawan-kawan Ali dihdapkan pada
suatu hal yang sudah tak bias berubah lagi (faith accomply).
Karena kenyataan itulah muncul suatu sikap dari
kalangan kaum muslimin yang menentang kekhalifahan dan kaum mayoritas
dalam masalah-masalah kepercayaan tertentu. Mereka tetap berpendapat bahwa
pengganti nabi dan penguasa keagamaan yang sah adalah Ali.Mereka yakin bahwa
semua masalah kerohanian dan agama harus merujuk kepadanya dan mengajak
masyarakat mengikutinya.Kaum inilah yang disebut dengan kaum Syi’ah. Namun
lebih dari pada itu, seperti yang dikatakan Nasr, sebab utama munculnya Syi’ah
terletak pada kenyataan bahwa kemungkinan ini ada dalam wahyu islam sendiri,
sehingga mesti diwujudkan.
Perbedaan pendapat dikalangan para ahli mengenai
kalangan Syi’ah merupakan sesuatu yang wajar. Para ahli berpegang teguh pada
fakta sejarah “perpecahan” dalam Islam yang memang mulai mencolok pada masa
pemerintahan Usman bin Affan dan memperoleh momentumnya yang paling kuat pada
masa pemerintahan Ali bin Abi Thalib, tepatnya setelah Perang Siffin. Adapun
kaum Syi’ah, berdasarkan hadits-hadits yang mereka terima dari ahl al-bait,
berpendapat bahwa perpecahan itu sudah mulai ketika Nabi SAW.Wafat dan
kekhalifahan jatuh ke tangan Abu Bakar.Segera setelah itu terbentuklah
Syi’ah.Bagi mereka, pada masa kepemimpinan Al-Khulafa Ar-rasyidin sekalipun,
kelompok Syi’ah sudah ada.Mereka bergerak di bawah permukaan untuk mengajarkan
dan menyebarkan doktrin-doktrin syi’ah kepada masyarakat.
Syi’ah mendapatkan pengikut yang besar terutama
pada masa dinasti Amawiyah.Hal ini menurut Abu Zahrah merupakan akibat dari
perlakuan kasar dan kejam dinasti ini terdapat ahl al-Bait.Diantara bentuk
kekerasan itu adalah yang dilakukan pengusaha bani Umayyah. Yazid bin Muawiyah,
umpamanya, pernah memerintahkan pasukannya yang dipimpin oleh Ibn Ziyad untuk
memenggal kepala Husein bin Ali di Karbala.Diceritakan bahwa setelah dipenggal,
kepala Husein dibawa ke hadapan Yazid dan dengan tonkatnya Yazid memukul kepala
cucu Nabi SAW.Yang pada waktu kecilnya sering dicium Nabi.Kekejaman seperti ini
menyebabkan kebagian kaum muslimin tertarik dan mengikuti mazhab Syi’ah, atau
paling tidak menaruh simpati mendalam terhadap tragedy yang menimpa ahl
al-bait.
Dalam perkembangan selain memperjuangkan hak
kekhalifahan ahl-al bait dihadapan dinasti Ammawiyah dan Abbasiyah, syi’ah juga
mengembangkan doktrin-doktrinnya sendiri. Berkitan dengan teologi, mereka
mempunyai lima rukun iman, yakni tauhid (kepercayaan kepada kenabian), Nubuwwah
(Percaya kepada kenabian), Ma’ad (kepercyaan akan adanya hidup diakhirat),
imamah (kepercayaan terhadap adanya imamah yang merupakan ahl-al bait), dan adl
(keadaan ilahi). Dalam Ensiklopedi Islam Indonesia ditulis bahwa perbedaan
antara sunni dan syi’ah terletak pada doktrin imamah.
2.3. Pokok-pokok Ajaran Syi'ah
Kaum Syi’ah memiliki 5 pokok pikiran utama yang
harus dianut oleh para pengikutnya diantaranya yaitu at tauhid, al ‘adl, an
nubuwah, al imamah dan al ma’ad.
1. At tauhid
Kaum Syi’ah meyakini bahwa Allah SWT
itu Esa, tempat bergantung semua makhluk, tidak beranak dan tidak diperanakkan
dan juga tidak serupa dengan makhluk yang ada di bumi ini.
2. Al ‘adl
Kaum Syi’ah memiliki keyakinan bahwa
Allah memiliki sifat Maha Adil.Tuhan selalu melakukan perbuatan yang baik dan
tidak melakukan apapun yang buruk.Tuhan juga tidak meninggalkan sesuatu yang
wajib dikerjakanNya.
3. An Nubuwwah
Kepercayaan kaum Syi’ah terhadap
keberadaan Nabi juga tidak berbeda halnya dengan kaum muslimin yang lain.
Menurut mereka Allah mengutus nabi dan rasul untuk membimbing umat manusia.
Rasul-rasul itu memberikan kabar gembira bagi mereka-mereka yang melakukan amal
shaleh dan memberikan kabar siksa ataupun ancaman bagi mereka-mereka yang
durhaka dan mengingkari Allah SWT
4. Al Imamah
Bagi kaun Syi’ah imamah berarti
kepemimpinan dalam urusan agama sekaligus dalam dunia.Ia merupakan pengganti
Rasul dalam memelihara syari’at, melaksanakan hudud (had atau hukuman terhadap
pelanggar hukum Allah), dan mewujudkan kebaikan serta ketentraman umat.Bagi
kaum Syi’ah yang berhak menjadi pemimpin umat hanyalah seorang imam dan itu
hanya ada pada keturunan Nabi Muhammad.
5. Al Ma’ad
Secara harfiah al ma’dan yaitu
tempat kembali, yang dimaksud disini adalah akhirat.Kaum Syi’ah percaya
sepenuhnya bahwa hari akhirat itu pasti terjadi. Menurut keyakinan mereka
manusia kelak akan dibangkitkan, jasadnya secara keseluruhannya akan
dikembalikan ke asalnya baik daging, tulang maupun ruhnya. Dan pada hari kiamat
itu pula manusia harus memepertanggungjawabkan segala perbuatan yang telah
dilakukan selama hidup di dunia di hadapan Allah SWT. Pada saaat itu juga Tuhan
akan memberikan pahala bagi orang yang beramal shaleh dan menyiksa orang-orang
yang telah berbuat kemaksiatan.
Dalam Syi’ah syahadah tidak termasuk rukun islam karena syahadah yang
dibacakan tidak menjamin kebenaran isi hati seseorang terhadap Allah SWT dan
Rasul sebagai utusan Allah. Karena itu sy’iah menetapkan bahwa yang termasuk
rukun Islam adalah sholat, puasa, zakat, haji dan wilayah. Yang
menjadi ciri aliran Syi’ah adalah nikah mut’ah, sholat tiga waktu perayaan
asyuro dan taqiyyah
Meskipun mempunyai
landasan keimanan yang sama, syi’ah tidak dapat mempertahankan kesatuannya.
Dalam perjalanan sejrah, kelompok ini akhirnya tepecah menjadi beberapa
sekte.Perpecahan ini terutama dipicu oleh masalah doktrin imamah.Diantara
sekte-sekte syi’ah itu adalah Itsna Asy’ariyah, Sab’iyah.Zaidiyah, dan Ghullat.
2.4. Sekte-sekte kaum Syi’ah
1.
SYI’AH ITSNA ASY’ARIYAH (SYI’AH
DUA BELAS/SYI’AH IMAMIYAH)
A. Asal-usul Penyebutan Imamiyah dan
Syi’ah Itsna Asyariyah
Dinamakan syi’ah Imamiyah karena yang menjadi dasar akidahnya adalah
persoalan imam dalam arti pemimpin religio politik, yakni Ali berhak menjadi
khalifah bukan hanya karena kecakapannya atau kemuliaan akhlaknya, tetapi
karena ia telah ditunjuk nas dan pantas menjadi khalifah pewaris kepemimpinan
Nabi Muhammad Saw. ide tentang hak Ali dan keturunannya untuk menduduki jabatan
khalifah telah ada sejak Nabi wafat, yaitu dalam perbincangan politik di
Saqifah Bani Sa’idah.
Syi’ah Itsna Asyariyah sepakat
bahwa Ali adalah penerima wasiat Nabi Muhammad seperti yang ditunjukkan nas.
Adapun Al-ausiyah (penerima wasiat)setelah Ali bin Abi Thalib adalah keturunan
dari garis fatimah, yaitu Hasan bin Ali kemudian Husen bin Ali sebagaimana yang
disepakati. Setelah Husen adalah Ali Zaenal Abidin, kemudian secara
berturut-turut; Muhammad Al-Baqir, Abdullah Ja’far ash-Shadiq,Musa Al-Kahzim,
Ali Ar-Rida, Muhammad Al-Jawwad, Ali Al-Hadi, Hasan Al-Askari, dan terakhir
adalah Muhammad Al-Mahdi sebagai imam yang kedua belas.
Golongan ini
terbentuk setelah lahirnya kedua belas imam yaitu kira-kira pada tahun 206
H/878 M.pengikut sakte ini menganggap bahwa imam kedua belas, Muhammad al-Mahdi
bersembunyi diruang bawah tanah rumah ayahnya di Samarra dan tidak kembali.
Itulah sebabnya, kembalinya imam al-Mahdi ini selalu ditunggu-tunggu pengikut
sekte Syi’ah Itsna Asyariyah. Cirikhas kehadirannya adalah sebagai Ratu Adil
yang akan turun diakhir zaman . oleh karena inilah, Muhammad Al-Mahdi dijuluki
sebagai Imam Mahdi Al-Muntazhar (yang ditunggu).
B. Doktrin-doktrin Syi’ah Itsna Asyariyah
Di dalam sekte Syi’ah Itsna Asyariyah dikenal dengan konsep Usul Ad-din.
Konsep ini menjadi akar atau fondasi fragmatisme agama. Konsep usuluddin
mempunyai lima akar. Yaitu TauhidKeadilanNubuwwahMa’adImamah
2.
SYI’AH SAB’IYAH (SYI’AH TUJUH)
A. Asal-usul
Penyebutan Syi’ah Sab’iyah
Istilah Syi’ah Sab’iyah
dianalogikan dengan syi’ah Itsna Asyariyah. Istilah itu memberikan pengertian
bahwa sekte Syi’ah Sab’iyah hanya memiliki tujuh imam. Yaitu Ali, Hasan, Husen,
Alli Zainal Abidin, Muhammad Al-Baqir, Ja’far Ash-Shadiq dan Ismailbin Ja’far.
Kerena dinisbatkan pada imam ketujuh, Ismail bin Ja’far Ash-Shadiq, Syi’ah
Sab’iyah disebut juga Syi’ah Ismailiyah.
Berbeda dengan
Syi’ah Sab’iyah, Syi’ah Itsna Asyariyah membatalkan imam Ismail bin Ja’far
sebagai imam ketujuh karena disamping memiliki kebiasaan tak terpuji juga
karena dia wafat (143 H/760 M) mendahului ayahnya , Ja’far (w. 765). Sebagai
pengganti adalah Musa al-Kadzim, adik Ismail. Syi’ah Sab’iyah menolak
pembatalan tersebut, berdasarkan sistem pengangkatan imam dalam Syi’ah dan
menganggap Ismail sebagai imam ketujuh dan sepeninggalnya diganti oleh putranya
yang tertua, Muhammad bin Ismail.
B. Doktrin Imamah dalam Pandangan
Syi’ah Sab’iyah
Para pengikut Syi’ah Sab’iyah
percaya bahwa islam dibangun oleh tujuh pilar seperti dijelaskan Al-qadhi
An-Nu’ma Da’aim Al-Islam. Tujuh pilar tersebut adalah iman, taharah, shalat,
zakat, saum, haji, dan jihad.
Berkaitan dengan pilar (rukun)
pertama, yaitu iman, Qadhi An-Nu’man (974 M) memerincinya sebagai berikut: iman
kepada Tuhan, tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad utusan Allah, iman kepada
surga, iman kepada neraka, iman kepada hari kebangkitan, iman kepada hari
pengadilan, iman kepada para Nabi dan Rasul, iman kepada imam, percaya,
mengetahui, dan membenarkan imam zaman.
Syarat-syarat seorang imam dalam pandangan Syi’ah sab’iyah adalah sebagai
berikut:
1.
Imam harus merasal dari
keturunan Ali melalui perkawinannya dengan Fatimah yang kemudian dikenal dengan
ahlul bait
2.
Keimaman harus dari keturunan
Alimelalui pernikahannya dengan seorang wanita dari Bani Hanifah dan mempunyai
anak yang bernama Muhammad Al-Hanifah.
3.
Imam harus berdasarkan petunjuk
atau nas.
4.
Keimanan jatuh pada anak tertua.
Syi’ah Sab’iyah menggariskan bahwa seorang imam memperoleh keimanan dengan
ayahnya yang menjadi imam menunjuk anaknya yang paling tua.
5.
Imam harus maksum. Syi’ah Sab’iyah menggariskan bahwa seorang
imam harus terjaga dari salah satu dosa. Bahkan lebih dari itu, syi’ah Sab’iyah
berpendapat bahwa sungguhpun imam berbuat salah, perbuatannya itu tidak sah.
6.
Imam harus dijabat oleh seorang
yang paling baik. Perbuatan dan ucapan imam tidak boleh bertentangan dengan
Syari’at. Sifat dan kekuasaan imam hampir sama dengan Nabi. Perbedaannya
terletak pada kenyataan bahwa Nabi mendapatkan wahyu, sedangkan imam tidak
mendapatkannya.
Di samping syarat-syarat diatas,
syi’ah Sab’iyah berpendapat bahwa seorang imam harus mempunyai pengetahuan
(ilmu) dan juga harus mempunyai pengetahuan walayah. Pengetahuan
disini adalah ilmu lahir maupun ilmu batin. Dengan ilmu tersebut, seorang imam
mengetahui hal-hal yang tidak dapat diketahui orang biasa. Apa yang salah dalam
pandangan manusia biasa, tidak mesti salah dalam pandangan imam.
3.
Syi’ah Zaidiyah
A. Asal-usul Penanaman
Zaidiyah
Disebut Zaidiyah karena mengetahui Zaid bin ali sebagai
imam kelima, putra imam keempat, Ali Zainal Abidin. Kelompok ini berbeda dengan
Syi’ah lain yang mengakui Muhammad Al-Baqir, putra Zainal Abidin yang lain,
sebagai imam kelima. Dari mana Zaid bin Ali inilah, nama Zaidin diambil. Syi’ah
Zaidiyah merupakan Syi’ah yang moderat.
B. Doktrin Imamah Menurut Syi’ah
Zaidiyah
Kaum Zaidiyah menolak pandangan yang menyatakan bahwa
seorang imam yang mewarisi kepemimpinan Nabi SAW telah ditentukan nama dan
orangnya oleh Nabi, tetapi hanya ditentukan sifat-sifatnya saja. Menurut
Zaidiyah, seorang imam paling tidak harus memiliki ciri-ciri sebagai
berikut. Pertama, ia merupakan keturunanahl al-bait, baik melalui garis Hasan maupun Husein.
Hal ini mengimplikasikan penolakan mereka atas sistem pewarisan dan nas
kepemimpinan. Kedua, memiliki kemampuan
mengangkat senjata sebagai upaya mempertahankan diri atau menyerang. Bagi
mereka, pemimpin yang menegakkan kebenaran dan keadilan adalah Mahdi. Ketiga, memiliki
kecenderungan intelektualisme yang dapat dibuktikan melalui ide dan karya dalam
bidang keagamaan. Mereka menolak kemaksuman imam, bahkan mengembangkan
doktrin imamat al-mafdul. Artinya, seseorang dapat dipilih
menjadi imam meskipun ia mafdul (bukan
yang terbaik) dan pada saat yang sama ada yang afdal.
Syi’ah Zaidiyah memang
mencita-citakan keimanan aktif, bukan keimanan pasif, seperti Mahdi yang gaib.
Menurut mereka, imam bukan saja memiliki kekuatan rohani yang diperlukan bagi
seorang pemimpin keagamaan, tetapi juga bersedia melakukan perlawanan demi
cita-cita suci sehingga dihormati umatnya. Imam bagi mereka adalah pemimpin dan
guru bagi kaum muslim, aktif di tengah kehidupan, dan berjuang terang terangan
demi cita-cita.
C. Doktrin-doktrin Syi’ah
Zaidiyah Lainnya
Dalam pandangan mereka,
memilih seorang imam yang ditetapkan oleh Zaidiyah dan tetap dibaaiat oleh
mereka, keimanannya menjadi sah dan rakyat wajib berbaiat kepadanya. Selain itu
mereka juga tidak mengafirkan seorang pun sahabat. Banyak orang keluar dari
syi’ah Zaidiyah dan berkurangnya dukungan terhadap Zaid ketika ia berperang
melawan pasukan Hisyam bin Abdul Malik karena salah satu doktrin Syi’ah yang
cukup mendasar adalah menolah kekhalifahan abu Bakar dan Umar dan mendukung
mereka merampas hak kekhalifahan dari tangan Ali.
Penganut Syi’ah Zaidiyah
percaya bahwa orang yang melakukan dosa besar akan kekal dalam neraka jika dia
belum bertobat dengan pertobatan yang sesungguhnya. Abu Zahrah maupun Moojan
Momen mengatakan bahwa dalam teologi Syi’ah Zaidiyah hampir sepenuhnya
mengikuti Mu’tazilah. Selain itu, secara etis mereka boleh dikatakan
anti-Murji’ah. Organisasi tarekat dilarang dalam pemerintah Zaidiyah.
Zaidiyah
menolak nikah Mut’ah (temporer). Nikah Mut’ah merupakan salah satu jenis
pernikahan yang didapuskan pada masa Nabi SAW. pada perkembangannya , jenis
pernikahan ini dihapuskan oleh khalifah Umar bin Khatob. Penghapusan ini jelas
ditolah oleh Syi’ah selain Zaidiyah. Oleh karena itu hingga sekarang kecuali
kalangan Zaidiyah kaum Syi’ah tetap mempraktekkan nikah mut’ah. Dalam bidang
ibadah, Zaidiyah tetap cenderung menunjukkan simbol dan amalan Syi’ah pada
umumnya. Dala adzan mereka memberi selingan ungkapan hayya ‘ala khoir al-amal, takbir sebanyak lima kali
shalat jenazah, menolak sahnya mengusap kaus kaki, menolak imam shalat yang
tidak saleh dan menolak binatang sembelihan bukan muslim.
4.
SYI’AH GHULAT
A. Asal-usul Penamaan Syi’ah
Ghulat
Istilah
Ghulat berasal dari kata ghala-yaghlu-ghuluw artinya bertambah dan baik.
Ghalabi as-din artinya memperkuat dan menjadi ekstrim sehingga melampaui batas.
Abu Zahrah menjelaskan bahwa Syi’ah ekstrim adalah kelompok yang
menempatkan Ali pada derajat ketuhanan, dan ada yang mengangkat pada derajar
kenabian, bahkan lebih tinggi dari pada Muhammad. Selain itu, mereka juga
mengembangkan doktrin-doktrin ekstrim lainnya, seperti tanasukh, hulul, tasbih, dan ibaha.
B. Doktrin-doktrin Syi’ah Ghulat
Menurut
Syahrastani, ada empat doktrin yang membuat mereka ekstrim, yaitu tanasukh, bada’, raj’ah, dantasbih. Moojan Momen menambahkannya dengan hulul dan ghayba. Tanasukh adalah
keluarnya roh dari satu jasad dan mengambil jazad yang lain. Bada’adalah
meyakini bahwa Allah mengubah kehendak-Nya sejalan dengan perubahan ilmu-Nya,
serta dapat memerintahkan suatu perbuatan kemudian memerintahkan yang
sebaliknya.raja’ ada hubungannya dengan mahdiyah. Syi’ah
Ghulat mempercayai bahwa imam Mahdi Al-Muntazhar akan
datang ke bumi.
Tasbih artinya menyerupakan, mempersamakan. Syi’ah Ghulat menyerupakan salah
seorang imam mereka dengan Tuhan atau menyerupakan Tuhan dengan
makhluknya. Hulul artinya Tuhan berada
pada setiap tempat, berbicara dengan semua bahasa, dan ada pada setiap individu
manusia. Ghaybah artinya menghilangnya imam Mahdi. Imam
Mahdi itu ada dalam negeri ini dan tidak dapat dilihat oleh mata biasa.
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Munculnya aliran Syi’ah adalah satu
bentuk ketidakpuasan kelompok kaum muslimin pada penguasa yang di luar dari
keturunan Nabi Muhammad.Mereka
berkeyakinan bahwa khalifah sepeninggal Nabi haruslah keturunan dari
Fatimah.
Beberapa tokoh Syi’ah di antaranya:
Abdullah Ibn Saba, Muahmmad ibnun Nu’man yang digelari Mukmin att-Thaq Yunus
bin Abdur Rahman al-Qimmi, keluarga Naubakht keturunan Persia- yang dipelopori
oleh Abu Sahal an-Naubakhti
Kaum Syi’ah memiliki 5 pokok pikiran
utama yang harus dianut oleh para pengikutnya diantaranya yaitu at Tauhid, al
‘Adl, an Nubuwah, al Imamah dan al Ma’ad. Dalam kekhalifaan paham mereka adalah hak Kekhalifaan sesudah Rasulullah
adalah Ali ibn Abi Thalib, Khalifah
dalam istilah mereka imam – harus ditunjuk oleh Nabi, dan Imam adalah Ma’shum.
Dalam Aliran Syi’ah terdapat banyak
sekte-sekte, namun di antaranya yang sangat berpengaruh ada empat, yaitu
Sab’iyah (Syi’ah Tujuh), Imamiyah/ Itsna Asy’ariyah, Zaidiyah, dan Ghulat.
Sikap teologis rasional Syi’ah bahwa
dalam hidupnya manusia mendapatkan arah hidupnya ditentukan oleh Tuhan dan
keinginan manusia, Karena itu, perbuatan itu adalah bentuk kolaborasi antara
manusia dan Tuhan.
3.2 Saran
Menurut kelompok kami kita harus slalu berhati-hati serta mengantisipasi atas adanya
doktrin keras yang mungkin berkembang,. Salah satunya adalah menyatakan bahwa
Ali bin Abu Thalib sangat utama di antara para sahabat dan lebih berhak untuk
memegang tampuk kepemimpinan kaum muslimin. Bahkan yang lebih parah adalah yang
memuja dan menganggap bahwa Ali bin Abi Thalib bukan manusia biasa, melainkan
jelmaan Tuhan atau bahkan Tuhan itu sendiri.Oleh karena itu, sebagai umat Islam
kita harus selalu cermat serta berhati-hati dalam meyakini dan mempelajari
suatu aliran baik itu Syi’ah maupun aliran pemikiran yang lain. Selain itu,
jangan sampai terlalu fanatik, karena fanatisme akan berdampak pada keburukan.
Allah tidak menyukai sesuatu yang berlebih-lebihan.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Rozak, 2007, Ilmu Kalam,Bandung,Pustaka Setia
Abuddin Nata, 2009, Metodologi Studi Islam, Jakarta,
Rajawali Pers.
Anwar Rosihan, 2003, Ilmu Kalam, Jakarta, PT.Bumi
Restu
http://blog.uin-malang.ac.id/fityanku/makalah-aliran-syiah/
http://maghpir44.blogspot.com/2013/01/pemikiran-teologi-syiah.html
ini adalah link bila ingin mendownload materi secara lengkap. terdapat :
syi'ah.ppt
syi'ah.docx
KRITERIA SESAT DAN SYARAT TAKFIR.ppt